Aku adalah macan dahan, penghuni senyap hutan Kalimantan. Dahulu, aku hidup bebas di antara rimbunnya pepohonan, melompat dari dahan ke dahan, berburu tupai dan burung di balik dedaunan yang sejuk. Hutan adalah rumahku, keluargaku, dan sumber hidupku. Tapi segalanya berubah. Musim kemarau datang, lebih panjang dari biasanya. Mata air mulai mengering.
Kabut asap menyelimuti tempat bermainku. Pohon-pohon tempatku bersandar kini berubah menjadi batang-batang gosong. Suatu pagi, suara gergaji menggelegar menggantikan kicauan burung. Rerumputan digantikan oleh tanah merah yang terbelah. Lahan yang dulunya hijau berubah menjadi gurun gersang demi kebun-kebun kelapa sawit yang terus meluas. Hari demi hari, aku semakin lapar. Buruan menghilang. Teman-temanku pergi, atau tak pernah kembali.
Aku tersisa sendiri. Tubuhku melemah, perutku kosong, langkahku terseok-seok di tanah panas yang dulunya berlumut teduh. Aku mendekati kampung manusia, berharap menemukan sisa makanan, atau sekadar air. Namun, tak ada yang peduli. Tubuhku akhirnya terbaring lemas di sudut perahu kayu yang dingin. Nafasku berat. Aku bisa merasakan tulangku menonjol karena kelaparan.
Aku menatap langit untuk terakhir kalinya, berharap hujan turun, berharap pohon-pohon kembali tumbuh. Lalu, aku menutup mata. Pesan Terakhirku: "Kalian manusia yang punya kuasa, tolong jaga hutan ini. Jangan biarkan kematian seperti milikku terjadi lagi. Aku hanya salah satu dari banyak makhluk yang tersingkir dan dilupakan. Tapi kami juga bagian dari dunia ini. Tolong selamatkan yang masih hidup... dan rumah kami, hutan-hutan yang dulu penuh kehidupan."
0 komentar:
Posting Komentar